Selasa, 15 November 2011

Allah Adalah Kasih?

Kebaktian Remaja, Minggu 09 Oktober 2011

Pembacaan Ayat : 1 YOHANES 4:8
”Maka orang yang tiada menaruh kasih itu tiada mengenal Allah; karena Allah itu kasih adanya”.

Apa artinya Allah adalah kasih? Pertama-tama kita perlu melihat bagaimana Firman Tuhan, Alkitab, menggambarkan perihal ”KASIH,” dan kemudian kita akan melihat beberapa cara pengajaran ini diterapkan pada Allah.

Kasih itu : sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap”
(1 Korintus 13:4-8).

Pengajaran Kasih Allah, ini adalah cara Allah menggambarkan kasih. Allah adalah seperti yang digambarkan itu, dan orang Kristen perlu / wajib menjadikan gambaran kasih ini sebagai tujuan hidup mereka (walaupun selalu dalam proses).

      A.      EKSPRESI YANG BENAR,
( Ekspresi = Pengungkapan gagasan atau pikiran perasaan ).
Yang paling utama dari kasih Allah dan dikomunikasikan kepada kita terdapat dalam :
1.       YOHANES 3:16, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
2.      ROMA 5:8,  “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”
3.        1 YOHANES 2:2, dan Ialah menjadi korban perdamaian karena segala dosa kita; bukannya karena dosa-dosa kita sahaja, melainkan karena dosa seisi dunia ini juga
Dari ayat-ayat ini kita bisa melihat bahwa Allah sangat menginginkan kita bersama-sama dengan Dia dalam rumahNya yang kekal, Surga. Dia telah membuka jalan dengan membayar harga dosa-dosa kita.

      B.      AKURASI KASIH YANG BENAR,
( Akurasi = Ketelitian, seksama, kecermatan ).
Dia mengasihi kita semua dan itu terbukti saat Dia memilih untuk melakukan pengorbanan demi membayar harga / menebus dosa-dosa kita: ”Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak” (Hosea 11:8).
1.   Kasih mengampuni. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).
2.       Kasih (Allah) tidak memaksakan diri pada orang lain. Orang-orang yang datang kepadaNya, datang kepadaNya sebagai respons terhadap kasihNya.
3.       Kasih (Allah) menyatakan kemurahan pada semua orang.
4.       Kasih (Yesus) berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang bulu / memandang muka.
5.       Kasih (Yesus) tidak cemburu pada apa yang orang lain miliki, hidup sederhana tanpa mengeluh.
6.       Kasih (Yesus) tidak membesar-besarkan diri sekalipun Dia dapat mengalahkan semua orang lain.
7.       Kasih (Allah) tidak menuntut ketaatan. Allah tidak menuntut ketaatan dari sang Anak, namun sang Anak secara sukarela menaati BapaNya di surga. ”Dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku” (Yohanes 14:31).
8.       Kasih (Yesus) selalu memperhatikan kepentingan orang lain.

      C.      MOTIVASI YANG BENAR,
( Motivasi = Usaha-usaha yang menyebabkan orang tergerak melakukan sesuatu oleh karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya ).
Tergambar dalam komitmen Allah mengenai kasih ini yaitu dilakukan atau ditampilkan dengan suatu cara hidup yang tidak mementingkan diri sendiri, dan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan cara hidup yang mementingkan diri sendiri dari dunia ini :
1.       ROMA 2:8
tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
2.       PILIPI 2:1 – 4
2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

      D.      GARANSI KASIH YANG LUAR BIASA,
Tuhan telah memberikan ”Garansi” (Jaminan, Pertanggungan) kepada mereka yang menerima AnakNya, Yesus, sebagai Juruselamat mereka dari dosa, yaitu suatu kemampuan untuk mengasihi sebagaimana Dia mengasihi. Dia memberikan “Garansi” ini melalui kuasa Roh Kudus :
1.      YOHANES 1:12 (TL)
1:12 Tetapi seberapa banyak orang yang menerima Dia, kepada mereka itulah diberi-Nya hak akan menjadi anak-anak Allah, yaitu kepada segala orang yang percaya akan nama-Nya;
2.      1 YOHANES 3:1, 23, 24 (TL)
3:1 Tengoklah, alangkah besarnya kasih yang dikaruniakan oleh Bapa kepada kita, sehingga kita dikatakan anak-anak Allah! Demikianlah hal kita. Maka inilah sebabnya dunia ini tiada mengenal kita, oleh sebab tiada dikenalnya Tuhan.
3:23 Inilah hukum-Nya, yang wajib kita percaya akan nama anak-Nya Yesus Kristus, sambil berkasih-kasihan sama sendiri, sebagaimana Ia sudah mengaruniakan kita hukum.
3:24 Maka orang yang menurut segala hukum-Nya, ialah tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia. Dengan ini kita mengetahui bahwa Tuhan tinggal di dalam kita, dengan Roh yang sudah dikaruniakan-Nya kepada kita.

IMPLIKASI :  
Baca, Yohanes 13:13-15, 34-35.
13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Minggu, 13 November 2011

Jangkar Di Tengah Badai


Pelaut tua menatap langit dan melihat gelapnya badai yang datang. Saat gelombang datang mengamuk, pelaut tua dengan tenang menurunkan rantai jangkar yang berat secara perlahan, lalu ia turun ke palka, menutup lubang di geladak kapal dan melewati malam itu dengan tidur. Sang pelaut tahu badai besar akan terjadi. Namun ia memiliki iman di dalam cengkeraman jangkar. Dan ia yakin perahunya akan tetap ada di sana saat pagi hari.

Seperti pelaut itu, kita memiliki “jangkar” bagi kehidupan kita yang dapat membantu kita tetap tegak berdiri melalui badai kehidupan. Jangkar kehidupan ini disebut pengharapan. Dalam istilah Alkitab, harapan berhubungan erat dengan iman.

Penulis Ibrani mengatakan, iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan” (Ibrani 11:1). Pengharapan adalah obyek di atas mana kita mengarahkan fokus dan energi kita.

Bagi orang Kristen, pengharapan adalah pengetahuan bahwa kita sedang berubah menjadi lebih baik sebagaimana yang kita percayai di dalam janji Tuhan (Roma 8:28). Hal ini menjadi sebuah keyakinan bahwa seperti apapun keadaan yang kita hadapi, rencana Tuhan bagi hidup kita “untuk mendatangkan kebaikan dan bukan kecelakaan, untuk memberikan masa depan yang penuh dengan harapan” (Yeremia 29:11b).

Alkitab dipenuhi dengan kisah-kisah para pria dan wanita yang berharap pada janji Tuhan. 
Abraham menjadi teladan bagi orang percaya bagaimana memiliki pengharapan itu sebenarnya.
Ketika Abraham berumur 75 tahun, Tuhan berjanji akan memberkati dan memberinya banyak keturunan sebanyak bintang di langit. Abraham mendengar perkataan ini dan percaya kepada Tuhan (Kejadian 15:6).

Namun meskipun ia mempercayai perkataan itu dengan segenap hatinya, Ibrani 6:15 menjelaskan bagaimana Abraham harus menunggu selama 25 tahun untuk melihat pemenuhan dari harapannya. Dan selama waktu itu, Abraham tetap percaya kepada Tuhan Sang Penulis Harapan, sampai ia melihat janji itu menjadi kenyataan.

Anda lihat, harapan Abraham bukan pada kemampuannya sendiri untuk memiliki seorang anak. Namun harapan ini berakar pada Tuhan yang dapat dipercaya dan takkan berubah, dan dalam janji-Nya yang kekal.

Penulis Ibrani menjelaskan Tuhan ingin agar kita mengambil dorongan dari karakter-Nya dan berharap di dalam Dia (Ibrani 6:16-18). Bahkan, Alkitab menggambarkan harapan ini “...sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabi” (Ibrani 6:19).

Apa yang dapat menyebabkan pengharapan memudar? 
Seringkali kita berharap pada hal yang salah. Sangatlah mudah untuk menempatkan pengharapan kita pada hal yang salah. Sangatlah mudah untuk menempatkan pengharapan kita pada hal-hal duniawi – apa yang dapat kita lihat, rasa, sentuh dan merasakan. Hal-hal ini dapat kita kontrol. Namun Tuhan berkata bahwa kerajaan-Nya bukan berasal dari dunia ini (Yohanes 18:36). Bahkan, hal-hal di dunia ini tidak menyediakan dasar yang kuat bagi hidup kita (Kolose 2:8).

Hanya ketika kita melihat kepada dasar yang benar-benar teguh untuk hidup – Yesus Kristus – kita akan menemukan pengharapan yang dapat menjadi jangkar bagi jiwa kita. Semua hal ini diawali dari hubungan kita dengan Tuhan. Jika Anda belum “dilahirkan kembali”, harapan Anda hanya salah tempat. Jika Anda merasa putus asa saat ini, lihatlah pada dasar apa pengharapan Anda diletakkan. Jika bukan di dalam Yesus, datanglah pada-Nya saat ini untuk menemukan pengharapan yang tidak akan Anda temukan di tempat lain.

Yesus menawarkan pengharapan-Nya secara gratis kepada semua yang bersedia datang pada-Nya, yang mengakui dosa mereka, dan percaya pada darah pengudusan-Nya untuk kehidupan yang kekal. “Akulah kebangkitan dan hidup,” kata Yesus, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yohanes 11:25-26).

Bahkan jika Anda tahu bahwa Yesus adalah Juru Selamat Anda, Anda masih dapat kehilangan pengharapan. Kita belajar dari Amsal bahwa “harapan yang tertunda menyedihkan hati” (Amsal 13:12). Ketika pengharapan kita tertunda, kita dapat dipenuhi oleh rasa putus asa yang mendalam.

Jadi, bagaimana Abraham melakukannya? Bagaimana ia dapat tetap berharap selama lebih dari dua dekade? Lihatlah pada hubungan Abraham dengan Tuhan: Abraham adalah sahabat Allah (2 Tawarik 20:7); Abraham juga hamba Tuhan (Kejadian 26:24); dan Abraham taat sepenuhnya (Kejadian 22).

Anda dapat melakukan hal yang sama. 
Berikut adalah empat langkah praktis yang dapat Anda ambil untuk membangun dasar pengharapan yang akan membawa Anda melalui badai kehidupan:
  1. Berserah kepada Tuhan. Tuhan adalah sumber dari pengharapan kita. Datanglah kepada-Nya dalam kerendahan hati dan IA akan memulihkan Anda (1 Petrus 5:6-7).
  2. Perkuat iman Anda. Izinkan janji Tuhan yang terpenuhi sebelumnya memperbaharui harapan Anda. Tuhan telah memberikan catatan tertulis kepada kita akan bagaimana tak terhitungnya Dia telah memberikan pengharapan bagi orang percaya di masa lalu. Lihatlah pada jumlah yang mengagumkan dari pembaharuan yang pernah dilakukannya di Alkitab (1 Tawarik 16:11-21).
  3. Percaya pada waktu Tuhan. Terkadang Tuhan menjawab doa kita dan memenuhi harapan kita dengan cepat. Di lain waktu, untuk alasan ilahi-Nya sendiri, IA mengizinkan kita untuk menunggu. Ingat, melalui iman dan kesabaranlah pengharapan Abraham digenapi.
  4. Berterima kasihlah pada Tuhan hari ini. Meskipun berat rasanya untuk bersukacita saat kita sedang dalam penantian harapan yang belum dipenuhi, sukacita memungkinkan Tuhan untuk menyempurnakan hidup kita dengan cara yang tak dapat kita lihat pada saat itu. Dan pengharapan jenis ini dimurnikan dalam peleburan akan penantian, dan terkadang penderitaan “tidaklah mengecewakan” (Roma 5:1-5).
Apakah Anda telah kehilangan pengharapan? 
Anda bisa mendapatkan kembali harapan yang hilang dengan bantuan Yesus. Saat ini, berbaliklah kepada Sang Penulis Kehidupan dan beristirahatlah di dalam Dia.

Minta ampunlah kepada Tuhan karena Anda tidak memandangnya sebagai Tuhan yang besar dan sanggup melakukan segala perkara. Mintalah agar Firman-Nya membangkitkan Anda dan menyimpan Firman itu di dalam hati Anda. Izinkan Roh Kudus untuk mengarahkan Anda detik demi detik ketika Anda menanti dalam pengharapan yang akan diberikan melalui Yesus Kristus.