Manusia
adalah pengelola. Segala sesuatu yang kita miliki sesungguhnya berasal dari
Tuhan, meskipun kita bekerja untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, marilah
kita menyadari bahwa apa yang Tuhan percayakan kepada kita bukanlah untuk kita
nikmati sendiri, melainkan juga untuk dibagikan kepada orang lain. Tuhan
meminta kita untuk menjadi saluran kasih-Nya melalui pemberian kita. Maka dari
itu, marilah kita menyediakan diri dengan penuh kerelaan dan sukacita dalam
memberi, baik dalam pemberian secara materi maupun secara psikis.
SIKAP
DALAM MEMBERI
Yesus Kristus adalah kasih. Dia adalah Allah yang Maha-murah dan suka memberi. Sebagai murid Yesus Kristus, orang Kristen sudah sewajarnya menjadi orang yang suka memberi. Dalam hal ini, pemberian tidak hanya terbatas pada bentuk materi, namun juga dalam bentuk-bentuk yang lain seperti Perhatian, Kasih, dan Penguatan.
Dalam hal memberi, kita perlu mengingat hal-hal berikut ini:
1. Memberi adalah berkat bagi yang memberi dan yang
menerima. Ketika kita dapat memberikan sesuatu kepada orang lain, itu berarti
kita beroleh kasih karunia. Hal ini dinyatakan Paulus dalam 2 Korintus 8:4.
Kita perlu belajar dari orang-orang Makedonia. Mereka "sangat
miskin", namun mereka mau memberi dan menganggap kesempatan memberi
sebagai "kasih karunia".
2. Memberi memberikan peluang bagi kita untuk
mencerminkan watak Allah. Allah adalah Pemberi (Yohanes 3:16; Roma 8:32; Filipi
2:5-8), itu sudah menjadi sifat Allah. Dan, sebagai orang Kristen,
kita hendaknya berusaha meneladani Dia.
3. Memberi dapat menumbuhkan persekutuan dan
persaudaraan. Apabila kita bertindak sebagai mitra yang ikut ambil bagian dalam
segi keuangan dengan murah hati dan rendah hati, maka kasih pun diperkuat.
"Kasih karunia yang tak terkatakan" (2 Korintus 9:14-15) itulah yang
mengikat kasih antara pemberi dan penerima.
4. Memberi dapat menghasilkan kedewasaan. Oleh karena
itu, hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini (2 Korintus 8:1,7; 2
Korintus 9:10).
5. Memberi memungkinkan Allah untuk dapat memberi kepada
si pemberi. Perjanjian Baru menekankan upah rohani dari hal memberi walaupun
upah secara materi juga diberikan (Matius 6:19-21). Apa yang kita berikan
menentukan apa yang akan kita terima (Lukas 6:38). Ketika kita memberi segala
sesuatu dengan kasih, seperti kita melakukannya untuk Tuhan, kita akan semakin
mengakui bahwa Tuhan adalah Allah yang memelihara (Filipi 4:19). Marilah kita
menyimpan harta di surga dengan berbuat kebajikan dalam hal memberi (Filipi
4:17). Allah tidak berjanji akan memberikan semua hal yang kita minta. Akan
tetapi, Ia akan memenuhi setiap kebutuhan kita, bukan setiap keinginan kita
yang mementingkan diri sendiri. Selain itu, mari kita memberi karena dorongan
kasih, bukan karena keinginan untuk mendapat imbalan. Tuhan Yesus menyuruh agar
kita memberi "dengan tidak mengharapkan balasan" (Lukas 6:35). Dalam
Perjanjian Lama, Allah berjanji untuk memberkati orang Israel secara
materi karena kerelaan mereka untuk memberi dengan murah hati. Jadi, dalam hal
ini yang terpenting adalah memberi dengan kasih, dengan kerelaan hati. Jika
kita memberi supaya dapat menerima imbalan duniawi, kita telah memalsukan upah
surgawi kita (Matius 6:2).
6. Memberi dapat mendatangkan banyak hasil positif.
- Memberi menyebabkan orang mengucap syukur dan memuji (2 Korintus 9:11-13).
- Memberi menyebabkan orang bersukacita (Filipi 4:10).
- Memberi menyebabkan orang berdoa (Filipi 1:4-5).
- Memberi mendorong orang lain untuk memberi (2 Korintus 9:2).
"Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35) Itu sebabnya, kita harus mengatur apa yang kita miliki agar kita bisa memberikan sebagian untuk menolong sesama. Ada saatnya kita menerima, namun usahakan untuk lebih banyak menjadi pemberi.
7. Memberi hendaknya dengan kerelaan hati. Syarat-syarat
memberi yang benar bisa dilihat dalam Kitab Keluaran 13:1-16, 23:19 dan Imamat
27:30-32. Jangan pernah menggunakan harta yang Tuhan percayakan hanya untuk
kepentingan diri sendiri, dan jangan pernah menipu Tuhan Allah (Maleakhi
3:8-10). Dalam hal memberi, bukan soal sepersepuluh dari yang kita terima,
melainkan soal pemberian sukarela sebagai ungkapan kasih dan saling membantu (2
Korintus 8:8-9). Sepuluh persen merupakan titik awal yang baik untuk
mendisiplin diri Anda.
8. Memberi harus dengan sukacita dan rela hati (Ulangan
15:7-10 dan 2 Korintus 9:7). Ketika memberi, usahakan untuk melakukannya dengan
tulus seperti melakukannya untuk Tuhan, dan sebagai bentuk ucapan syukur kita
akan rahmat dan kasih-Nya kepada kita, bukan untuk maksud supaya tidak mendapat
hukuman dari Tuhan. Jangan pernah menghakimi orang lain yang memberi lebih
sedikit daripada yang kita pikir seharusnya dapat mereka berikan (Roma
14:4-5,10). Besarnya pemberian kita haruslah sebanding dengan penghasilan kita.
Sepuluh persen merupakan jumlah yang baik sebagai permulaan. Namun, ketika kita
digerakkan untuk memberi lebih dari sepuluh persen, itu jauh lebih baik. Dan,
ketika kita berkekurangan, jangan merasa bahwa kita tidak bertanggung jawab
untuk memberi atau berpikir bahwa pemberian kita tidak berarti (Lukas 21:1-4; 2
Korintus 8:11-12). Allah tertarik pada sikap hati, bukan pada besarnya
pemberian.
9. Memberi hendaknya dilakukan dengan murah hati (2
Korintus 9:6). Allah itu murah hati dan mengambil setiap kesempatan untuk
mengungkapkan kemurahan hati-Nya. Alangkah senang hati Tuhan bila kita
mencerminkan sifat-Nya.
10. Memberi harus teratur dan sistematis (1 Korintus
16:2). Terkadang, antara niat dan tindakan tidak selalu sama atau sejalan. Oleh
karena itu, perlu adanya disiplin mingguan. Walaupun tidak ada sesuatu yang
universal mengenai peraturan memberi secara mingguan, merencanakan pemberian
sangatlah penting.
11. Memberi hendaknya tanpa pamer (Matius 6:1-4). Seperti
biasanya, hal yang penting di mata Allah adalah motivasinya, bukan tindakannya.
Sebagai orang Kristen, bersediakah kita untuk memberi? Jika belum, ingatlah ayat-ayat di atas dan segeralah melakukannya sebelum terlambat.