Senin, 20 Februari 2012

Sauh Bagi Jiwa

Nats : Ibrani 6:19
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,
Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut. Ukuran jangkar jelas sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak.

Alkitab mengibaratkan pengharapan kepada Tuhan seperti jangkar. Dengan jangkar itulah orang dapat bertahan dalam badai ketidakpastian hidup.

Seperti pengalaman Abraham.
Istrinya sudah menopause dan dirinya juga sudah begitu tua. (Ibrani 6:15-18)
6:15 Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.
6:16 Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan.
6:17 Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah,
6:18 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.

Mungkinkah ia akan bisa mendapatkan keturunan seperti yang dijanjikan Tuhan?
Penantian panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham. Namun Alkitab mencatat, Abraham menanti dengan sabar (ayat 15).
Mengapa? Karena Abraham tahu kepada Siapa ia meletakkan pengharapannya (ayat 16-18).

Penulis kitab Ibrani mendorong jemaat Tuhan yang mulai goyah imannya untuk memiliki pengharapan yang demikian (Ibrani 6: 11-12).
6:11 Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,
6:12 agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.

Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak pernah berdusta. Apakah kita sungguh meletakkan pengharapan kita kepada-Nya? Menanti memang adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan, tetapi menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada Pribadi yang memberikan janji itu. Jangan berusaha menjawab pergumulan dengan cara kita sendiri. Jangan pernah meninggalkan pengharapan kita dalam Tuhan.
Pengharapan itulah sauh bagi jiwa, yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai kehidupan.
 
Kita dapat berharap pada janji-janji Tuhan, Karena kita tahu Dia yang menjanjikannya setia.

1 Tesalonika 5:24,
Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar